Minggu, 06 Maret 2016

Mitos Rasi Bintang Lyra, Harpa Langit Timur

Mitos Rasi Bintang Lyra atau harpa memiliki cerita cinta yang menyentuh hati. Simak perjuangan Orpheus bersama Lira.

Lirazan - Rasi Bintang Lyra adalah salah satu Rasi Bintang terkecil tetapi memiliki Bintang paling terang. Vega, merupakan bintang paling terang nomer 5 dari sudut pandang Bumi. Vega juga merupakan bagian dari "summer triangle" yang terdiri dari Deneb dari Rasi Bintang cygnus dan Altair dari Rasi Bintang Aquila. Summer triangle adalah penggambaran bentuk letak bintang pada langit malam Bumi yang berbentuk segitiga.

Lyra atau lyre dalam latin yang berarti harpa, memiliki cerita menarik dalam mitologi Yunani. Mitos tentang Rasi Bintang Lyra identik dengan kisah perjalanan hidup Orpheus bersama harpa pemberian Ayahnya.

Orpheus, adalah musisi argonauth serta putra dari Dewa Apollo dan muse Calliope. Apollo memberikan Orpheus sebuah harpa sebagai hadiah seorang Ayah terhadap anak sekaligus mengajari memainkannya. Apollo dikenal juga dengan sebutan Dewa musik, sedangkan Ibunya, Dewi Calliope adalah Dewi syair yang mengajarkan Orpheus menulis bait-bait syair.

Orpheus belajar dengan cepat, dentingan harpa yang ia mainkan begitu dalam menyentuh. Binatang buas seketika terdiam mendengar alunan suara harpa yang dimainkan Orpheus. Batu yang begitu keras dan pepohonan rindang pun seketika ikut mengalun berserta irama harpa Orpheus.

Orpheus tumbuh menjadi pria tampan bersama harpa dari sang Ayah. Suatu ketika, ia bertemu Eurydice, wanita cantik yang mampu seketika membuat Orpheus jatuh cinta. Hari-hari mereka jalani bersama, berbagai kisah cinta mereka ukir bersama, Orpheus sangat mencintai Eurydice hingga suatu waktu mereka melanjutkan kisah mereka dalam satu pernikahan sakral.

Kebersamaan indah Orpheus bersama Eurydice yang terikat tali pernikahan sayangnya tidak berlangsung begitu lama. Suatu ketika saat Eurydice menikmati hari bersama dewi-dewi lainnya, ia menyadari bahwa dirinya sedang diperhatikan oleh sepasang mata milik Aristaeus. Kecantikan Eurydice membuat Aristaeus begitu terpesona. Aristaeus mabuk oleh kecantikan sang Dewi, ia menginginkannya, ia berlari mengejar Eurydice. Namun apa hendak dikata, Eurydice terperosok dalam lubang tertutup rumput yang di dalamnya terdapat ular berbisa. Ular itu menggigit Kaki Eurydice, racun yang masuk ke dalam tubuh membuat Eurydice terkulai lemah dan tak lagi bernapas.

Mengetahui kekasihnya mati, Orpheus sangat terpukul, ia begitu mencintainya. Hari-hari yang dulu ia jalani penuh cinta kini berbeda, sepi dan hanya bayang-bayang kekasih yang ada. Sepeninggal Eurydice, Orpheus hanya duduk di bawah pohon rindang sambil memainkan harpa, teman satu-satunya yang kini ia punya. Dengan kesedihan mendalam, satu persatu senar harpa ia petik. Alunan lembut terdengar mengisyaratkan sebuah kesedihan tiada terkira. Dawai cinta Orpheus melalui harpanya membuat Pepohonan, bebatuan dan hewan-hewan turut berduka atas perginya Eurydice. Dewa-Dewi tersentuh oleh sedihnya lentikkan Orpheus, mereka tidak mampu menahan rasa iba yang mengguncang jiwa, mereka lalu memberi saran kepada Orpheus untuk pergi ke dunia bawah dan meminta pada penguasanya agar mau mengembalikan Eurydice kembali hidup di dunia atas.

Orpheus menerima saran dari para Dewa-Dewi. Sekejap setelah Orpheus mendapatkan saran serta bantuan dari Pluto dan Persephone, Ia kembali memainkan harpa dan saat itu juga bebatuan bergerak, bebatuan itu membuka jalan menuju dunia bawah. Selangkah dua langkah, Orpheus berjalan menyusuri jalan gelap dunia bawah. Dentingan harpa terdengar sepanjang jalan, hingga pada akhirnya terdengar oleh Raja dan Ratu, juga para pengikutnya. Mereka larut oleh keindahan musik itu, mereka terdiam, mereka terpaku tanpa mampu berkata.

Raja dan Ratu menerima Orpheus dengan senyum haru, sebuah senyum yang tercipta oleh indahnya irama harpa. Sesaat setelah itu Orpheus menyampaikan keinginannya untuk membawa Eurydice, kekasih tercintanya kembali hidup bersamanya di dunia atas.

Raja pun menyetujui permintaannya namun dengan syarat, lalu ia memanggil Eurydice, Jiwa baru yang cantik di dunia bawah. Eurydice berjalan menemui kekasih yang sangat ia rindukan dengan sangat lambat karena luka pada kakinya. Orpheus dengan haru memerima kembali kehadiran Eurydice. Sebelum mempersilahkan keduanya kembali ke dunia atas, Raja berbicara tentang syarat yang harus dipenuhi oleh Orpheus bahwa:

Mereka harus berjalan secara berurutan, tidak boleh berdampingan. Orpheus berjalan di depan dan tidak diperbolehkan melihak ke belakang sebelum mereka berdua sampai di dunia atas.
Orpheus menyetujuinya lalu bergegas berjalan menuju tanah atas, tempat dimana ia memulai kiaah bahagia bersama Eurydice.

Langkah demi langkah mereka lalui dalam kegelapan dan sepi. Nafas terus berpacu mengisyaratkan ingin segera sampai pada tujuan. Tanpa ada kata yang terdengar, benar-benar tak ada suara yang menandakan Eurydice masih berjalan dibelakangnya. Gerbang dunia atas sudah terlihat, Kecemasan semakin menjadi jadi, kekhawatiran akan kekasih terus menekan batin Orpheus. Apakah kekasihku ada di belakangku? Batin yang kalut menghinggapi Orpheus. Tak lagi mampu menahan rasa cemas yang ada, di beberapa sisa langkah menuju dunia atas, Orpheus berbalik, ia begitu khawatir akan keberadaan kekasihnya. Orpheus melanggar janji, ia mengingkari syarat yang diberikan oleh Raja dunia bawah. Eurydice menangis, Orpheus berteriak berusaha menggenggam tangan sang kekasih, namun hanya udara yang ia dapat, Eurydice menghilang, ia pergi kembali dari pandangan Orpheus. Kini Eurydice tinggal selamanya di dunia bawah.

Apa yang bisa ia lakukan setelah semua ini terjadi hanya menjadi pertanyaan dalam kesedihan batin Orpheus. Ia kehilangan kekasih yang ia rindukan, bukan hanya sekali, tapi dua kali. Tiada yang sanggup mengganti Eurydice, banyak wanita yang mendekat karena ketampanan dan keindahan suara harpanya namun Ia selalu menolak. Wanita-Wanita ini merasa sakit hati, menggila, mereka melempari Orpheus dengan batu dan Kayu, namun alunan harpa Orpheus membuat Kayu dan batu itu enggan melukai Orpheus. Mereka semakin marah dan akhirnya mereka mencabik-cabik tubuh Orpheus. Kepala dan harpa milik Orpheus dibuang ke sungai Hebrus.

Setelah kematiannya, Zeus mengangkat Orpheus ke langit dan menjadikan harpa miliknya sebagai Lyra.

Share on Facebook
Share on Twitter
Tags :

Related : Mitos Rasi Bintang Lyra, Harpa Langit Timur

0 komentar:

Posting Komentar